Tidak Semua Batuk Perlu Diatasi dengan Obat Batuk
Batuk kerap menyerang anak-anak. Tak jarang orangtua membeli obat batuk yang dijual bebas untuk meredakan batuk anaknya. Padahal, tidak serta merta batuk harus diobati dengan obat batuk. Bagaimana membedakan batuk biasa dengan batuk yang seharusnya diobati serta bagaimana agar tidak bergantung pada obat-obatan?
Batuk bisa menyerang siapa saja, tak terkecuali anak-anak. Bahkan, orang yang berbadan sehat pun bisa terserang batuk. Hasil penelitian membuktikan bahwa anak-anak yang berusia sekitar 10 tahun, dalam sehari atau selama 24 jam bisa mengalami 10 episode batuk. Gejala batuk yang mereka alami masih dianggap normal. Mengapa demikian?
Batuk sesungguhnya refleks pertahanan tubuh terhadap serangan dari luar atau benda asing. Batuk adalah gejala klinis yang diawali dengan menarik nafas dalam dan diakhiri dengan mengeluarkan nafas yang keras dan cepat. Bila ada benda asing di jalan nafas, maka syaraf di saluran nafas akan terangsang sehingga mengakibatkan batuk. Melalui batuk, benda asing atau zat-zat asing akan dikeluarkan agar tidak masuk ke dalam paru-paru.
Batuk juga berfungsi untuk mengeluarkan lendir yang berlebihan. Saluran pernafasan kita menghasilkan lendir, kadang-kadang jumlahnya bisa berlebihan, sehingga untuk mengeluarkannya perlu proses seperti batuk.
Kegunaan lainnya, batuk sebagai alarm tubuh kita. Dengan batuk, kita bisa mengetahui bahwa ada masalah dalam saluran pernafasan kita. Karenanya, batuk sebenarnya amat berguna bagi mekanisme pertahanan tubuh, utamanya paru-paru. Dengan kata lain, batuk memang diperlukan, dalam batas tertentu.
Batuk Asma.
Bila gejala batuk disertai demam, pilek hingga sesak nafas, hendaknya orangtua musti mewaspadai kemungkinan adanya alergi atau asma atau infeksi dalam saluran nafas. Batuk karena asma atau alergi biasanya disebabkan oleh udara yang terlalu dingin, tempat tidur anak berdebu, keletihan, atau ada riwayat asma dalam keluarganya.
Batuk karena asma biasanya terjadi pada malam hari atau menjelang dini hari. Gejalanya disertai dengan sesak nafas. Batuknya bisa basah (disertai lendir) atau kering.
Pada keadaan asma atau saluran nafas yang terlalu reaktif dapat terjadi penyempitan dan peradangan saluran nafas yang disertai dengan produksi lendir yang banyak. Akibatnya, keluarnya lendir bersamaan dengan terjadinya batuk.
Batuk Karena Virus.
Infeksi yang paling sering dialami anak-anak adalah infeksi saluran nafas atas atau sering disebut ISPA. Gejalanya antara lain demam, batuk dan pilek. ISPA disebabkan oleh virus. Batuk yang disebabkan oleh virus tidak perlu diobati dengan antibiotika. Akan sembuh dengan sendirinya tergantung dari mekanisme pertahanan tubuhnya, selama tidak disertai dengan sesak nafas.
Batuk Karena Refluks.
Anak-anak yang baru berusia 2 atau 3 bulan, juga sering mengalami batuk saat tidur karena refluks (aliran balik). Dimana, cairan dalam lambung naik ke atas saat tidur terlentang sehingga merangsang batuk. Refluks juga menyebabkan batuk saat minum susu.
Batuk Basah.
Jenis batuk lainnya, yakni batuk produktif dan non produktif. Batuk produktif seringkali disertai dengan pengeluaran lendir atau banyak mengeluarkan dahak. Batuk berdahak ditandai dengan suara ‘grook-grook.’ Biasanya dengan sekali atau beberapa kali batuk, dahaknya sudah terpental keluar. Jika dahaknya kental dan berjumlah banyak, berwarna hijau, berbau tidak sedap, mungkin disebabkan adanya infeksi bakteri di paru.
Apabila penyebabnya alergi atau infeksi virus, dahak berwarna bening atau putih. Dahak bercampur darah sebaiknya dibawa ke dokter. Untuk mengatasi batuk produktif sebenarnya tidak perlu penanganan khusus. Yang paling baik adalah membantu mengeluarkan lendir dengan memperbanyak minum air putih hangat. Minum air teh, atau minum susu yang masih hangat juga tidak apa-apa. Dengan semakin banyak minum air hangat dapat membantu mengeluarkan lendir.
Batuk Kering.
Sedangkan batuk non produktif merupakan batuk kering. Batuk jenis ini biasanya batuknya cukup hebat, karena tidak dapat mengeluarkan lendir sehingga sangat menyiksa bagi anak-anak. Jika batuk keringnya lebih hebat kemungkinan disebabkan ada pembengkakan saluran nafas atas.
Batuk Rejan.
Ada salah satu penyakit infeksi pada anak dengan gejala batuk yang memerlukan waktu lama untuk sembuh. Gejala khasnya, batuknya panjang tidak berhenti sampai sekian menit kemudian diakhiri dengan batuk yang keras. Batuk ini disebut dengan batuk pertusis atau batuk rejan. Orang sering menyebutnya batuk 100 hari.
Pertusis disebabkan oleh bakteri Bordetella pertusis yang ditularkan melalui udara. Gejala awalnya mirip dengan infeksi saluran napas atas lainnya yaitu pilek dengan lendir cair dan jernih, mata merah dan berair, batuk ringan, demam ringan. Pada stadium ini, kuman paling mudah menular.
Setelah 1-2 minggu, timbullah stadium kedua dimana frekuensi dan derajat batuk bertambah. Stadium penyembuhan terjadi dalam waktu 2-4 minggu. Muntah sudah hilang, namun batuk bisa menetap hingga lebih dari 1 bulan.
Batuk pertusis atau batuk rejan ini akan berlangsung lama dan terus menerus tanpa henti. Jika batuknya tidak segera dihentikan akan berakibat pada kehilangan oksigen.
Obat batuk yang mengandung antitusif tepat diberikan bagi anak-anak yang mengalami batuk tersebut. Antitusif bisa menekan refleks batuk, sehingga batuknya bisa ditekan agar tidak jadi batuk.
Bijak Memilih Obat Batuk
Antitusif yang terkandung di dalam obat batuk justru menekan refleks untuk batuk sehingga orang yang bersangkutan tidak jadi batuk. Itu sebabnya, obat yang mengandung antitusif tersebut tidak direkomendasikan untuk semua jenis batuk.
Jika batuknya ditekan akan mengakibatkan cairan lendir semakin banyak yang bersarang dalam saluran pernafasan. Cairan lendir yang mengendon dalam saluran pernafasan dalam waktu lama bisa menjadi sumber infeksi baru, penyakitnya bukan semakin sembuh, tetapi malah sebaliknya.
Awalnya hanya mengalami infeksi terhadap virus yang tidak membutuhkan antibiotika, akhirnya malah berkembang menjadi infeksi terhadap bakteri. Makanya orangtua perlu berhati-hati dalam mengobati anaknya yang mengalami batuk. Ingat, indikasi antitusif dalam obat batuk sangat terbatas. Sebaiknya konsultasikan terlebih dulu pada dokter, sesuai dengan gejala batuknya. DB
TIPS Mengurangi dan Mengatasi Batuk
Batuk memang tidak bisa dianggap sepele walau tidak semua batuk berdampak buruk bagi kesehatan. Alangkah baiknya jika batuk bisa diminimalisir. Lantas, bagaimana caranya? Berikut ini tips-nya.
Batuk karena tertular atau disertai demam, besar kemungkinan terserang ISPA. Dalam kasus ini, berikan obat penurun panas. Jika masih demam, perbanyak minum air hangat.
Lalu dilakukan evaluasi. Apakah ada perubahan? Apabila batuknya belum kunjung sembuh hingga dua minggu atau lebih setelah berobat ke dokter, kita bisa mencari faktor-faktor pencetusnya apakah disebabkan oleh alergi atau asma. Jika belum juga ditemukan faktor pencetusnya, bisa dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan lanjutan seperti dilakukan foto ronsen dada dan pemeriksaan tes Mantoux bila dicurigai ada gejala TBC.
Hindari makanan atau minuman yang bisa menyebabkan batuk, seperti goreng-gorengan, minum es, dan makan coklat.
Hindari menumpuk barang dan menggantung pakaian di dalam kamar. Kebiasaan buruk ini membuat kamar dipenuhi debu dan menyesakkan. Bersihkan ruangan kamar sesering mungkin, agar debu tidak memenuhi ruangan sehingga anak-anak lebih leluasa saat bermain di kamarnya.
Biasakan anak-anak untuk berolahraga secara teratur terutama di pagi hari karena udara pagi hari masih terasa segar dan bersih dari polusi udara. DB
Dr. Dono Baswardono, AISEC, MA, Ph.D
Batuk kerap menyerang anak-anak. Tak jarang orangtua membeli obat batuk yang dijual bebas untuk meredakan batuk anaknya. Padahal, tidak serta merta batuk harus diobati dengan obat batuk. Bagaimana membedakan batuk biasa dengan batuk yang seharusnya diobati serta bagaimana agar tidak bergantung pada obat-obatan?
Batuk bisa menyerang siapa saja, tak terkecuali anak-anak. Bahkan, orang yang berbadan sehat pun bisa terserang batuk. Hasil penelitian membuktikan bahwa anak-anak yang berusia sekitar 10 tahun, dalam sehari atau selama 24 jam bisa mengalami 10 episode batuk. Gejala batuk yang mereka alami masih dianggap normal. Mengapa demikian?
Batuk sesungguhnya refleks pertahanan tubuh terhadap serangan dari luar atau benda asing. Batuk adalah gejala klinis yang diawali dengan menarik nafas dalam dan diakhiri dengan mengeluarkan nafas yang keras dan cepat. Bila ada benda asing di jalan nafas, maka syaraf di saluran nafas akan terangsang sehingga mengakibatkan batuk. Melalui batuk, benda asing atau zat-zat asing akan dikeluarkan agar tidak masuk ke dalam paru-paru.
Batuk juga berfungsi untuk mengeluarkan lendir yang berlebihan. Saluran pernafasan kita menghasilkan lendir, kadang-kadang jumlahnya bisa berlebihan, sehingga untuk mengeluarkannya perlu proses seperti batuk.
Kegunaan lainnya, batuk sebagai alarm tubuh kita. Dengan batuk, kita bisa mengetahui bahwa ada masalah dalam saluran pernafasan kita. Karenanya, batuk sebenarnya amat berguna bagi mekanisme pertahanan tubuh, utamanya paru-paru. Dengan kata lain, batuk memang diperlukan, dalam batas tertentu.
Batuk Asma.
Bila gejala batuk disertai demam, pilek hingga sesak nafas, hendaknya orangtua musti mewaspadai kemungkinan adanya alergi atau asma atau infeksi dalam saluran nafas. Batuk karena asma atau alergi biasanya disebabkan oleh udara yang terlalu dingin, tempat tidur anak berdebu, keletihan, atau ada riwayat asma dalam keluarganya.
Batuk karena asma biasanya terjadi pada malam hari atau menjelang dini hari. Gejalanya disertai dengan sesak nafas. Batuknya bisa basah (disertai lendir) atau kering.
Pada keadaan asma atau saluran nafas yang terlalu reaktif dapat terjadi penyempitan dan peradangan saluran nafas yang disertai dengan produksi lendir yang banyak. Akibatnya, keluarnya lendir bersamaan dengan terjadinya batuk.
Batuk Karena Virus.
Infeksi yang paling sering dialami anak-anak adalah infeksi saluran nafas atas atau sering disebut ISPA. Gejalanya antara lain demam, batuk dan pilek. ISPA disebabkan oleh virus. Batuk yang disebabkan oleh virus tidak perlu diobati dengan antibiotika. Akan sembuh dengan sendirinya tergantung dari mekanisme pertahanan tubuhnya, selama tidak disertai dengan sesak nafas.
Batuk Karena Refluks.
Anak-anak yang baru berusia 2 atau 3 bulan, juga sering mengalami batuk saat tidur karena refluks (aliran balik). Dimana, cairan dalam lambung naik ke atas saat tidur terlentang sehingga merangsang batuk. Refluks juga menyebabkan batuk saat minum susu.
Batuk Basah.
Jenis batuk lainnya, yakni batuk produktif dan non produktif. Batuk produktif seringkali disertai dengan pengeluaran lendir atau banyak mengeluarkan dahak. Batuk berdahak ditandai dengan suara ‘grook-grook.’ Biasanya dengan sekali atau beberapa kali batuk, dahaknya sudah terpental keluar. Jika dahaknya kental dan berjumlah banyak, berwarna hijau, berbau tidak sedap, mungkin disebabkan adanya infeksi bakteri di paru.
Apabila penyebabnya alergi atau infeksi virus, dahak berwarna bening atau putih. Dahak bercampur darah sebaiknya dibawa ke dokter. Untuk mengatasi batuk produktif sebenarnya tidak perlu penanganan khusus. Yang paling baik adalah membantu mengeluarkan lendir dengan memperbanyak minum air putih hangat. Minum air teh, atau minum susu yang masih hangat juga tidak apa-apa. Dengan semakin banyak minum air hangat dapat membantu mengeluarkan lendir.
Batuk Kering.
Sedangkan batuk non produktif merupakan batuk kering. Batuk jenis ini biasanya batuknya cukup hebat, karena tidak dapat mengeluarkan lendir sehingga sangat menyiksa bagi anak-anak. Jika batuk keringnya lebih hebat kemungkinan disebabkan ada pembengkakan saluran nafas atas.
Batuk Rejan.
Ada salah satu penyakit infeksi pada anak dengan gejala batuk yang memerlukan waktu lama untuk sembuh. Gejala khasnya, batuknya panjang tidak berhenti sampai sekian menit kemudian diakhiri dengan batuk yang keras. Batuk ini disebut dengan batuk pertusis atau batuk rejan. Orang sering menyebutnya batuk 100 hari.
Pertusis disebabkan oleh bakteri Bordetella pertusis yang ditularkan melalui udara. Gejala awalnya mirip dengan infeksi saluran napas atas lainnya yaitu pilek dengan lendir cair dan jernih, mata merah dan berair, batuk ringan, demam ringan. Pada stadium ini, kuman paling mudah menular.
Setelah 1-2 minggu, timbullah stadium kedua dimana frekuensi dan derajat batuk bertambah. Stadium penyembuhan terjadi dalam waktu 2-4 minggu. Muntah sudah hilang, namun batuk bisa menetap hingga lebih dari 1 bulan.
Batuk pertusis atau batuk rejan ini akan berlangsung lama dan terus menerus tanpa henti. Jika batuknya tidak segera dihentikan akan berakibat pada kehilangan oksigen.
Obat batuk yang mengandung antitusif tepat diberikan bagi anak-anak yang mengalami batuk tersebut. Antitusif bisa menekan refleks batuk, sehingga batuknya bisa ditekan agar tidak jadi batuk.
Bijak Memilih Obat Batuk
Antitusif yang terkandung di dalam obat batuk justru menekan refleks untuk batuk sehingga orang yang bersangkutan tidak jadi batuk. Itu sebabnya, obat yang mengandung antitusif tersebut tidak direkomendasikan untuk semua jenis batuk.
Jika batuknya ditekan akan mengakibatkan cairan lendir semakin banyak yang bersarang dalam saluran pernafasan. Cairan lendir yang mengendon dalam saluran pernafasan dalam waktu lama bisa menjadi sumber infeksi baru, penyakitnya bukan semakin sembuh, tetapi malah sebaliknya.
Awalnya hanya mengalami infeksi terhadap virus yang tidak membutuhkan antibiotika, akhirnya malah berkembang menjadi infeksi terhadap bakteri. Makanya orangtua perlu berhati-hati dalam mengobati anaknya yang mengalami batuk. Ingat, indikasi antitusif dalam obat batuk sangat terbatas. Sebaiknya konsultasikan terlebih dulu pada dokter, sesuai dengan gejala batuknya. DB
TIPS Mengurangi dan Mengatasi Batuk
Batuk memang tidak bisa dianggap sepele walau tidak semua batuk berdampak buruk bagi kesehatan. Alangkah baiknya jika batuk bisa diminimalisir. Lantas, bagaimana caranya? Berikut ini tips-nya.
Batuk karena tertular atau disertai demam, besar kemungkinan terserang ISPA. Dalam kasus ini, berikan obat penurun panas. Jika masih demam, perbanyak minum air hangat.
Lalu dilakukan evaluasi. Apakah ada perubahan? Apabila batuknya belum kunjung sembuh hingga dua minggu atau lebih setelah berobat ke dokter, kita bisa mencari faktor-faktor pencetusnya apakah disebabkan oleh alergi atau asma. Jika belum juga ditemukan faktor pencetusnya, bisa dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan lanjutan seperti dilakukan foto ronsen dada dan pemeriksaan tes Mantoux bila dicurigai ada gejala TBC.
Hindari makanan atau minuman yang bisa menyebabkan batuk, seperti goreng-gorengan, minum es, dan makan coklat.
Hindari menumpuk barang dan menggantung pakaian di dalam kamar. Kebiasaan buruk ini membuat kamar dipenuhi debu dan menyesakkan. Bersihkan ruangan kamar sesering mungkin, agar debu tidak memenuhi ruangan sehingga anak-anak lebih leluasa saat bermain di kamarnya.
Biasakan anak-anak untuk berolahraga secara teratur terutama di pagi hari karena udara pagi hari masih terasa segar dan bersih dari polusi udara. DB
Dr. Dono Baswardono, AISEC, MA, Ph.D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar