Photobucket

Sabtu, 21 Mei 2011

Mainan Yang Pas Untuk Anak


Anak tak perlu mainan yang mahal atau canggih. Yang penting, ia senang memainkannya dan mainan itu melatih berbagai aspek penting yang diperlukan untuk perkembangannya.
Masuk toko mainan pada masa sekarang ini, memang sering bikin kepala pusing. Habis, begitu banyak macamnya. "Saya juga pusing, nih, nyari mainan untuk anak saya yang berumur 2 tahun," keluh seorang ibu.
Pandai-pandai memilih mainan untuk para batita, sangat dianjurkan oleh psikolog anak Dra. Mayke S. Tedjasaputra. "Untuk anak batita, biasanya, kan, orang tua yang memilihkan meski kadang anak minta karena melihat teman atau tetangganya punya." Yang jelas, lanjut Mayke, kita harus tahu persis, apakah mainan yang kita pilih (atau dipilih anak) memiliki manfaat. "Jangan karena takut anaknya ngambek , menangis, lalu dibelikan. Anak juga harus belajar, tak semua keinginannya bisa dipenuhi."

TIGA ASPEK
Mainan yang baik, kata Mayke, harus memenuhi 3 aspek. Yaitu yang dapat membantu perkembangan fisik-motorik, kognitif (kecerdasan), dan proses emosi-sosial anak. "Komputer atau game memang bisa merangsang aspek kognitif anak karena ia dituntut dapat mengatur strategi untuk menyelesaikan permainan dengan baik, sehingga pemecahan masalahnya dapat merangsang kognitifnya."
Namun, tambahnya, fisik motorik dan emosional-sosial anak tidak terlatih. "Sedangkan anak batita harus dilatih juga perkembangan fisik motoriknya serta emosional-sosialnya sehingga ia tak canggung lagi jika nanti harus bersosialisasi dengan anak lain. Dengan tidak terampilnya ia dalam kegiatan fisik, ia akan jadi tersisih, serba tidak bisa, dan akhirnya berpengaruh pada rasa percaya dirinya."
Komputer atau permainan berteknologi canggih, menurut Mayke boleh-boleh saja diperkenalkan pada anak batita. "Tapi jangan terlalu lama dan terlalu sering. Maksimum 1 jam saja. Kecuali kalau memang ia sedang dalam keadaan sakit, tak boleh keluar rumah. Nah, mainan macam ini bisa jadi alternatif pengisi waktunya."
Mayke juga tak setuju jika orang tua membelikan mainan yang memakai baterai sebagai sumber tenaganya. Mobil-mobilan dengan remote control , misalnya. "Kalau cuma sekadar selingan, tak apa. Soalnya, mainan macam itu cenderung membuat anak pasif dan juga cepat membosankan."
Ia juga mengingatkan, jangan membelikan mainan berdasarkan gender. "Anak lelaki pun tak ada salahnya main boneka dan anak perempuan main mobil-mobilan atau pistol-pistolan. Laki dan perempuan harus bisa semua. Biarkan anak bebas bermain, sehingga ia akan mendapat pengetahuan sebanyak mungkin."
Tentu saja, tambahnya, "Ibu atau ayah perlu curiga jika bocah lelakinya hanya mau main boneka. Segera alihkan ke mainan lain."
TAK CEPAT BOSAN
Segi keamanan, juga perlu dicermati orang tua. Aman dalam arti tidak ada bagian yang mudah tertelan, tidak tajam, tidak menjepit, tidak menimbulkan api, dan tidak beracun. "Anak usia batita, kan, masih suka mengemut mainan," terang pengasuh Rubrik Tanya Jawab Psikologi di nakita ini.
Sesuaikan pula mainan dengan usia anak. Jika mainnya terlalu sulit, anak jadi malas bermain. "Sebaliknya, kalau kelewat gampang, ia cepat bosan." Memang, aku Mayke, hampir semua anak cepat bosan dengan mainannya walau baru dibelikan. "Tugas orang tua agar anak tetap berminat dengan mainannya. Ia harus pintar cari variasi lain sehingga anak jadi tertarik."
Untuk menghindari rasa bosan itu pulalah, Mayke menyarankan agar mainan yang dikeluarkan tiap harinya cukup 4-5 macam saja. Seminggu sekali ganti dengan mainan lainnya. "Selain mengusir rasa bosan anak, sekaligus melatih ia berkonsentrasi dengan satu alat permainan. Kalau mainannya terlalu banyak, baru bermain 2-3 menit sudah beralih ke mainan lain. Ingat, perhatian mereka, kan, masih gampang teralih."
Jika anak tak bisa anteng dengan satu alat permainan, berarti merugikan si kecil. "Ia jadi jadi tak mendapat keuntungan dari mainannya itu. Bukankah bermain sekaligus sebagai proses belajar?"
DIAWASI
Mendampingi anak batita saat bermain, amat dianjurkan Mayke. "Jadi, kalau ada yang membahayakan, bisa segera dicegah." Misalnya, ia memasukkan kelereng ke mulut. "Selain itu, orang tua bisa memberi pengetahuan tambahan pada anak," ujar psikolog anak sekaligus play therapist ini.
Selain itu, Mayke juga mengingatkan, bermain harus menjadi hal yang menyenangkan. Janganlah terlalu menuntut semisal melontarkan kalimat, "Kok, begini saja tak bisa?" atau "Bikin Legonya harus begini!"
Semua itu, kata Mayke, hanya akan membuat imajinasi anak tak berkembang. "Anak juga jadi malas mencoba, gampang menyerah, dan menarik diri."
Dalam bermain, ingat Mayke, yang terpenting adalah cara bermainnya. "Kalau anak merasa dipaksa, dituntut, akhirnya mereka malas bermain. Jika ia tak bisa, misalnya menyusun puzzle , beri contoh saja hingga ia bersemangat meniru." Tak perlu terlalu mudah mengatakan, "Jangan!" Misalnya, "Jangan lari, nanti jatuh!" Lebih baik katakan, "Jalan saja, yuk!" Jadi, sesuatu yang positif, bukan negatif. "Kalau anak terlalu banyak dilarang, biasanya ia akan makin keras menolak."
Anak juga perlu dilatih membereskan mainannya. Hal ini untuk melatih tanggung jawab akan kebersihan ruangan, yang kadang bisa mengganggu orang lain. "Karena itulah, agar pekerjaan anak tak berat, tiap hari cukup keluarkan sebagian mainan."
Indah Mulatsih/nakita Jenis Dan Alat Permainan Batita
* Usia 1-2
1. Mengenal Warna
Jika pada usia bayi kita memperkenalkan warna untuk merangsang indera penglihatannya, pada usia 1 - 1,5 tahun, kita sudah bisa mengajarkan jenis warna itu sendiri. "Ini merah, ini biru, yang itu hijau."
Perkenalkan satu per satu agar ia tak bingung. Bila ia sudah paham satu warna, baru ajarkan warna lain. Caranya, ujilah ia untuk mengambilkan apel merah di meja makan atau baju warna merah. Kalau ia mengambil dengan benar, berarti sudah saatnya ia diajarkan warna lain. Lebih baik, perkenalkan ia pada warna-warna dasar terlebih dahulu.
2. Membedakan Suara
Permainan membedakan suara juga bisa dilakukan anak usia 1 - 1,5 tahun. Rekam atau tiru berbagai suara binatang dan benda-benda di sekeliling. Minta anak menebak suara dari rekaman tadi. Ini amat baik untuk melatih aspek kognisi anak.
Bisa pula minta mereka membedakan suara dengan cara memukulkan sendok ke kaleng lalu ke gelas. Atau gunakan tepukan tangan. Misalnya bunyi 2 tepukan dan 3 tepukan. Nah, ia akan belajar membedakan suara.
3. Mengenal Alam
Si kecil juga sebaiknya dikenalkan dengan alam. Mengenal binatang asli di kebun binatang, daun-daun sungguhan, dan lainnya. Pengalaman dan pengetahuannya pun akan bertambah kaya.
4. Bermain Pasir
Jika rumah berada dekat pantai, bisa dilakukan di pantai. Jika tidak, sediakan gunungan kecil pasir, taruh di bak plastik atau kotak kayu yang dibuat khusus untuk itu. Anak usia 1,5 tahun umumnya suka main pasir, sama halnya jika mereka main air.
5. Bermain Jari
Di usia 1,5 tahun, si kecil bisa dilatih keterampilan memainkan jarinya. Dengan cara ini, motorik anak akan terlatih. Gambari ibu jarinya dengan wajah orang dan minta ia bermain peran (macam sandiwara boneka). Ini sekaligus melatih bahasanya. Bisa pula dengan bantuan boneka tangan. Imajinasi anak pun akan berkembang.
6. Bermain Kepingan Gambar
Puzzle atau kepingan gambar sederhana (yang terdiri dari beberapa keping saja) amat cocok untuk anak usia 1-2 tahun. Pilih keping gambar yang berdesain sederhana dan berwarna-warni cerah. Manfaatnya, selain melatih motorik halus anak, juga sekaligus melatih kognisinya. Sedangkan untuk anak usia 3 tahun, beri puzzle yang lebih kompleks.
Puzzle tidak mesti dibeli di toko. Orang tua pun bisa membuatnya sendiri. Ambil gambar warna-warni dari majalah, gunting menjadi beberapa bagian, tempel potongan gambar di atas karton. Murah tapi sarat manfaat, bukan?
7. Meronce
Di usia 1,5 - 2 tahun, si kecil juga sudah bisa diajarkan meronce. Gunakan benang besar (benang kasur atau benang wol besar). Benda yang dironce bisa berupa kelosan benang yang diberi warna atau manik-manik aneka warna. Selanjutnya minta si kecil merangkai kelosan tersebut berdasarkan urutan warna yang dikehendaki.
Saat ia memasukkan benang ke dalam kelosan dan menyusunnya berdasar urutan warna, sebetulnya ia tengah dilatih menggunakan motorik halusnya sekaligus daya pikirnya.
9. Mengenal Aneka Benda
Mengenalkan macam-macam benda, entah itu binatang atau peralatan rumah, juga bisa menambah perbendaharaan kata si kecil. Misalnya dengan cara melihat-lihat gambar di buku. Buku juga bisa disusun dengan cara ditumpuk seperti menyusun balok-balok atau membentuk terowongan.
10. Bermain Lego & Balok
Lego atau balok juga bisa diperkenalkan pada mereka. Mungkin mereka hanya akan menyusun ke atas, ke samping, atau melempar-lempar saja. Tapi tak apa. Di usia ini, anak memang sedang senang-senangnya bermain kasar. Misalnya sudah disusun tinggi, dirobohkan kembali. Buat mereka, hal itu amat menyenangkan. Sebetulnya, dari situ pula anak belajar, bahwa jika benda bersusun dijatuhkan, yang tadinya berada di atas sekarang menjadi terpencar.
11. Mainan Tentang Sebab-Akibat
Sediakan baskom dan corong plastik atau gayung berlubang. Selanjutnya isi corong tersebut dengan air atau pasir bersih. Anak akan belajar bagaimana benda itu dikosongkan dan diisi, bagaimana benda itu mengalir ke bawah. Selain itu juga bisa digunakan benda-benda plastik yang bisa mengapung ke air atau dikempiskan, bagaimana memutar atau menekan tombol, dan lainnya.
12. Mainan Perangsang Kreativitas
Krayon, menempel, lilin malam, tanah liat, bahan untuk membuat kolase, play daugh, bisa diperkenalkan pada usia ini. Tentu saja jangan harap ia menciptakan karya seni hebat. Yang penting, daya imajinasinya berkembang sekaligus melatih motorik halusnya.
13. Pengembangan Motorik Kasar
Main bola, sepeda roda tiga, perosotan, ayunan, luncuran, memanjat, meniti, bergulingan, dan sebagainya juga amat baik. Anak tak harus melulu dilatih perkembangan motorik halus dan kognitifnya. Motorik kasarnya juga perlu dikembangkan.
* Usia 2-3
Menurut Mayke , jenis mainan untuk anak usia 1-2 tahun dengan 2-3 tahun hampir sama. Perbedaannya hanya untuk beberapa mainan saja. Misalnya, puzzle tentunya harus lebih kompleks, buku cerita dengan cerita yang lebih panjang, dan lainnya.
Ia juga sudah bisa mulai diajarkan konsep matematika dasar. Mengenal jumlah, konsep besar dan kecil, konsep bentuk (segi tiga, segi empat, lingkaran).
Untuk bermain khayal juga sudah lebih maju. Miniatur alat-alat rumah tangga (meja, kursi, telepon, mobil, rumah, peralatan dapur) bisa dipakai sebagai sarana bermain khayal. Orang tua sebaiknya ikut berperan dalam permainan ini. Ajak si kecil bermain perang-perangan atau berperan jadi tuan rumah dan tamu. Bagaimana bermain menyuguhkan makanan untuk tamu, dan seterusnya. "Dengan ikut bermain bersama anak, kedekatan emosional antara si orang tua dan anak akan semakin erat."

(sumber : Tabloid Nova)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar