Photobucket

Sabtu, 21 Mei 2011

Hindari Lubang di Gigi Susu

Gigi sehat dan rapi memang enak dilihat dan dipandang. Sakit gigi? Ah, sangat tidak nyaman. Rasanya senut-senut, kepala pun ikut berdenyut. Nah, bayangkan jika si kecil yang mengalaminya. Ia pasti menjadi rewel. Apalagi dia belum bisa mengutarakan rasa sakitnya itu.

Lantaran itu, kendati gigi susu akan tanggal tidak berarti para ibu boleh mengabaikan perawatannya. "Kerusakan yang terjadi pada gigi susu bisa berakibat buruk pada gigi permanen," ujar Prof.Dr.drg.Ismu Suharsono Suwelo, SpKGA, guru besar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.



Sejak di perut

Gigi pada bayi sebenarnya sudah terbentuk sejak ia masih dalam kandungan. Bahkan, gigi permanen pun sudah terbentuk. "Pada trimester pertama, gigi-gigi ini sudah ada. Hanya saja munculnya nanti setelah anak berusia 5-6 tahun," terang Prof. Ismu, yang juga berpraktek di RSIA Hermina.

Tak pelak lagi, faktor gizi ibu hamil turut mempengaruhi pertumbuhan gigi. Itu sebabnya ibu hamil perlu mengkonsumsi makanan sehat yang sarat kandungan gizi terbaik. Kalsium dan fosfor adalah bahan penting untuk pembentukan gigi. Kedua zat ini banyak ditemukan pada susu. Sedangkan flourida diperlukan untuk penguat gigi. Begitu juga vitamin C dan D.

Kecuali itu, ibu hamil pun jangan sembarangan menelan obat-obatan. Karena obat semacam tetrasiklin mengakibatkan kerusakan warna gigi dan melemahkan gigi. Ada baiknya ibu hamil diberikan flour secara khusus. Begitu juga setelah bayi lahir. "Tentu dengan dosis yang tepat. Flour ini akan mencegah munculnya kerusakan gigi," papar Prof. Ismu.


Kerusakan gigi

Kendati gigi susu akan tanggal, ia tetap memerlukan perawatan yang benar sebab kerusakan pada gigi susu berjalan lebih cepat dibandingkan pada gigi tetap. Apalagi kerusakan itu mudah sekali menjadi karies yang rampant (ganas). Proses karies yang ganas akan cepat menjalar dari email ke dentin sampai pulpa.

Kecuali itu, kerusakan gigi susu juga mempengaruhi pertumbuhan gigi permanen si kecil. Data menunjukkan, 9 dari 10 anak balita menderita kerusakan gigi. "Dan setiap anak rata-rata menderita 7 lubang dari 20 giginya," tegas Prof. Ismu.

Struktur gigi geligi memang ditentukan oleh faktor keturunan. Sedangkan kerusakan gigi terjadi akibat perawatan yang tidak tepat. Makanan juga memegang peranan penting. Yang gampang merusak gigi adalah makanan yang mengandung gula dan tepung.

Bakteri yang hidup karena adanya gula dan tepung tersebut, menimbulkan kerusakan gigi. Pasalnya, bakteri ini memproduksi asam yang akan merusak lapisan yang melindungi gigi. Bakteri tak akan berhenti sampai lapisan gigi, tapi akan terus menembus bagian yang lunak dari gigi. Bakteri ini dapat hidup sekalipun tak ada udara di dalamnya, tapi tetap butuh gula dan tepung. Dan, dalam waktu tidak lebih dari sehari, gula dan tepung yang tersisa pada gigi ini bisa mengakibatkan lubang pada gigi.

Mustahil sekali seorang ibu bisa tega melarang anaknya sama sekali tak mengkonsumsi jenis makanan manis, seperti gula, coklat. Lantaran itulah, mengendalikan anak dalam mengkonsumsi jenis makanan adalah hal terbaik yang bisa dilakukan. Membersihkan gigi dari sisa-sisa makanan tersebut juga tak kalah pentingnya.

Perawatan sejak dini bisa menghindarkan si kecil dari kerusakan gigi yang lebih parah. Misalnya ke tulang di bawah gigi dan ke rongga yang berisi pembuluh darah di bawah lapisan email gigi, yang dapat menimbulkan radang dan pembengkakan.

Biasakanlah anak untuk minum air putih seusai makan. Untuk yang lebih besar, ajari anak berkumur dengan air tersebut. Kemudian, bersihkan gigi bayi dengan kain kasa yang telah dibasahi air hangat. Ajarkan anak menyikat giginya. Awali dengan sikat tanpa pasta, kemudian sedikit demi sedikit beri pasta gigi dengan berbagai rasa yang disukai anak. Kegiatan membersihkan gigi ini minimal dua kali sehari, sesudah sarapan pagi dan menjelang tidur.

(sumber : Kompas.com )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar