Photobucket

Jumat, 15 Juli 2011

Breastfeeding Father

Ciri Ayah Modern

Ingin menjadi ayah modern? jadilah Breastfeeding Father.
Banyak keuntungan yang bisa anda dapatkan dengan menjadi ‘ayah menyusui’ ini.
Bagi banyak kalangan di Indonesia, rumah dan sesisinya termasuk urusan anak adalah 100% urusan ibu-ibu.  Jadi masih banyak yang menganggap tabu bila ada seorang ayah yang terlalu banyak berurusan dengan bayinya. Apalagi sampai terkadang harus ikut menggantikan popok, menceboki bahkan memandikan sang bayi.

Lain dulu lain sekarang, mungkin dulu seperti itu, tapi kini ayah modern adalah ayah yang terbiasa dengan pekerjaan domestik termasuk mengurus anak. Bahkan peran ayah saat ini sangat penting dalam membantu ibu menyusui. Istilahnya adalah Breastfeeding Father (ayah menyusui). Memang bukan menyusui sebenarnya, tapi membantu ibu mempermudah proses menyusui.


Menggugah Refleks Oksitosin
Mengingat faktor psikis sangat menentukan produksi ASI, suami dan istri harus sama-sama memahami betapa pentingnya dukungan terhadap ibu yang sedang menyusui. Kenyataannya memang, kehadiran sang ayah saat ibu menyusui bayinya, membantu refleks oksitosin meningkat, sehingga ASI yang keluar sangat banyak dan lancar.

Agar ayah faham, bagaimana memberikan dukungan kepada ibu, aktiflah belajar tentang ASI. Ibu juga seharusnya mampu memompa semangat ayah. Saat memasuki kehamilan, mulailah belajar tentang penatalaksanaan ASI yang salah satunya menegaskan peran suami. Nah, kedua belah pihak harus banyak menyerap informasi soal ASI ini agar kualitas ASI ini tetap prima.

Jelas, keberhasilan ASI eksklusif adalah juga keberhasilan suami sekaligus ayah. Ibu tak perlu malu atau risih menyusui di depan suami. Ukuran payudara dan puting yang membesar, serta areola yang melebar dan bertambah gelap bukan halangan untuk dapat berbangga hati karena bisa memenunhi hak bayi atas ASI. Ayah, karena tahu manfaat ASI bagi si buah hati, pasti tak akan menganggap perubahan bentuk payudara sebagai sesuatu yang buruk. Lagipula yang merubah bentuk payudara adalah kehamilan bukan menyusui.

Caranya Mudah
Menjadi breastfeeding Father sebenarnya mudah. Hanya dengan menggendong bayi setiap kali akan disusui dan memberikannya pada sang ibu. Sentuhan dan hangatnya pelukan anda akan membuat bayi nyaman. Anda juga dapat menggendong bayi saat rileks dan mendendangkan lagu, sehingga bayi merasa anda juga membantunya dalam memperoleh ASI. Disisi lain, istri juga akan senang. Akhirnya terjalinlah keterikatan emosional antara Anda, istri Anda dan bayi Anda.
Jika ingin memperoleh hasil yang lebih baik, mulailah menjadi ayah menyusui sedini mungkin. Mulai istri hamil dilanjutkan sampai melahirkan dan menyusui.

Tantangan dan Hambatan
Sistem tata nilai kekeluargaan. Mungkin ini salah satu tantangan jika anda memutuskan untuk menjadi ayah menyusui. Bisa jadi keluarga besar anda tidak setuju. Tetangga pun mungkin akan mencibir. Atau mungkin rekan-rekan dan atasan di kantor akan menertawakan. Bahkan sahabat-sahabat andapun bertanya-tanya, “ngapain sih, kayak kurang pekerjaan aja!” semua itu realitas yang mungkin harus anda hadapi.
Hambatannya pun tidak sedikit, keterbatasan waktu, itu jelas bagi anda yang sebelumnya adalah ayah sibuk atau suami sibuk. Keterbatasan pengetahuan, itupun sudah pasti. Mana anda tahu cara mengatasi bayi agar tidak gumoh? Kesabaran anda juga mungkin terbatas dalam menangani bayi yang rewel dan meronta ronta terus, susah diatur.
Walau secara teori mudah, menjadi ayah menyusui dibutuhkan tekad dan kesabaran. Namun ingatlah, dengan menjadi ayah menyusui, anda juga telah membangun kedekatan dengan buah hati anda sejak dini.

Sumber : dr.Utami Rusli, Sp.A

Tidak ada komentar:

Posting Komentar